700 TKI indonesia Tewas Setiap Tahunnya Di Malaysia

Hasil otopsi sementara terhadap jenazah tenaga kerja asal Nusa Tenggara Barat (NTB) yang tewas di Malaysia menimbulkan tanda tanya. Bagaimana kondisi ratusan jenazah TKI lain yang tewas di luar negeri, khususnya di Malaysia yang memiliki catatan paling banyak kasus kematian TKI?

Pertanyaan itu disampaikan Anis Hidayah, Direktur Eksekutif Migrant Care saat diskusi "Pahlawan Devisa yang Tersia-sia" di DPD, Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (27/4/2012).

Anis mengatakan, rata-rata TKI yang tewas di Malaysia mencapai 700 orang per tahun. Masalah selama ini, kata dia, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) cenderung menerima penjelasan pemerintah Malaysia terkait penyebab kematian tanpa melakukan penyelidikan. Jenazah juga langsung di kembalikan ke keluarga tanpa dilakukan pengecekan tubuh.

"Padahal di undang-undang sudah jelas, pemerintah harus mengetahui kematian karena apa. Tidak semua TKI yang meninggal diketahui betul penyebab kematian. Kami selalu tegaskan pentingnya otopsi ulang untuk pastikan penyebab kematian dan ada tidaknya organ tubuh yang hilang," kata Anis.

Contoh terakhir terkait kelalain KBRI Malaysia terlihat dari kasus tewasnya tiga TKI asal NTB di Malaysia. Menurut Anis, KBRI tidak mengecek kondisi jenazah dan tidak mempertanyakan kematian ketiganya ketika disebut tewas ditembak lantaran terlibat perampokan. Padahal, kata dia, jika memang terlibat perampokan, seharusnya diproses melalui jalur hukum.

"Yang mengurus pemulangan tiga jenazah itu perusahaan jasa pemakanan Malaysia, bukan KBRI. Keluarga juga harus membayar biaya pemulangan Rp 13 juta perjenazah," kata Anis.

Atas kasus kematian TKI selama ini, lanjut Anis, pemerintah daerah yang cenderung aktif mempermasalahkan warganya. Di beberapa kasus, pemda membentuk tim dan mempertanyakan ke KBRI dan Kementerian Luar Negeri. "Tapi tidak ada respon," pungkas dia.

Seperti diberitakan, Polis Diraja Malaysia menembak mati tiga TKI yakni Herman, Abdul Kader Jaelani, dan Mad Noon. Ketiganya tewas ditembak polisi Malaysia, 25 Maret, di kawasan Port Dickson, Negara Bagian Negeri Sembilan, Malaysia.

Tim Dokter Forensik Kepolisian Daerah NTB, Kamis siang, telah mengotopsi jenazah Herman dan Abdul di pemakaman keluarga Dusun Pancor Kopong, Desa Pringgasela Selatan, Lombok Timur, NTB. Menurut keluarga, ada organ tubuh Herman hilang yakni mata, otak, jantung, dan ginjal. Kepolisian belum merilis secara resmi hasil otopsi.

Share on :

Berlangganan artikel masukan email anda:

Delivered by FeedBurner

 
© Copyright Yukitasantai™ 2011 - Some rights reserved | Editing by Blogger.com and Support by Area Infoku Special to Kereta Mini